Kunjungan
Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, ke China pada akhir februari 2014
lalu, langkah tepat sebagai upaya penguatan kerja sama militer, bahkan
posisi Indonesia bisa menjadi penyeimbang kawasan Laut China Selatan.
"Inisiatif
dari panglima seharusnya juga secara politik dimainkan presiden beserta
kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan mengingat air
defense Iidentification zone China di Laut Cina Timur yang pasti diikuti
penerapan ADIZ di Laut China Selatan," kata pengamat pertahanan, Connie
Rahakundini Bakrie, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Indonesia
seharusnya memang dapat memainkan posisinya sebagai penyimbang kawasan
sebagai negara yang memiliki posisi strategis.
"Indonesia
seharusnya mengambil momentum ini juga dengan secara unilateral
menetapkan zona ADIZ nya dan bersikap menjadi penengah di masalah ADIZ
laut China selatan yang dipastikan akan lebih kompleks dibandingkan laut
China Timur," ujarnya.
Connie mengatakan, sikap antisipatif dan
mendorong terciptanya stabilitas kawasan memang sudah waktunya digunakan
Indonesia dengan lebih berani dan tegas utamanya terhadap negara
tetangga yang seringkali secara unilateral menerapkan dan memainkan
aturannya.
Di tempat terpisah, Moeldoko menyebutkan, kunjungan ke China mendapat respon positif oleh negara tirai bambu tersebut.
"Mereka
inginkan Indonesia berperan semakin baik dalam jaga stabilitas Laut
China Selatan. Saya tegaskan Indonesia memiliki kepedulian atas Laut
China Selatan. TNI akan beri kontribusi yang sangat positif," katanya
seraya mengatakan kerja sama army to army, air force to air force, navy
to navy sudah jalan.
Dalam kesempatan sama, dia menuturkan
penguatan personel di Kepulauan Natuna berupa penambahan satu batalion
TNI AD, peningkatan kapasitas pangkalan TNI AL dan TNI AU.
"Mereka pos depan punya daya penggentar," kata dia. (Antara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar